Friend

Friend
Foto Tanah laut

Rabu, 16 November 2011

Nama : Rolie Yasmi Yandi Nim : 3101 1001 1690 Jurusan : Sistem Informasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masalah kependidikan yang serius dihadapi oleh kota berkembang pada umumnya, antara lain berkisar pada masalah mutu pendidikan, kesiapan tenaga pendidik, fasilitas, dan lapangan pekerjaan. Membidik masalah yang terakhir, dengan tidak bermaksud mengecilkan arti ketiga masalah lainnya, memiliki greget yang lain. Kekurangtersediaan lapangan pekerjaan akan berimbas pada kemapanan sosial dan eksistensi pendidikan dalam perspektif masyarakat. Pada masyarakat yang tengah berkembang, pendidikan diposisikan sebagai sarana untuk peningkatan kesejahteraan melalui pemanfatan kesempatan kerja yang ada. Dalam arti lain, tujuan akhir program pendidikan bagi masyarakat pengguna jasa pendidikan, adalah teraihnya lapangan kerja yang diaharpkan. Atau setidak-tidaknya, setelah lulus dapat bekerja di sektor formal yang memiliki nilai "gengsi" yang lebih tinggi di banding sektor informal. Dengan demikian, keterbatasan lapangan pekerjaan sehingga berpotensi untuk tidak dapat tertampungnya lulusan program pendidikan di lapangan kerja, secara linear berpotensi menggugat eksistensi dan urgensi pendidikan dalam perspektif masyarakat. Masyarakat akan kehilangan kepercayaan secara signifikan terhadap eksistensi lembaga pendidikan. Lapangan pekerjaan merupakan indikator penting tingkat kesejahteraan masyarakat dan sekaligus menjadi indikator keberhasilan penyelenggaraan "pendidikan". Maka merembaknya isyu pengangguran terdidik menjadi sinyal yang cukup mengganggu bagi perencana pendidikan di negara-negara berkembang pada umumnya, khususnya juga di Indonesia. 1.2 Rumusan Masalah 1) Apa pengertian dari pengangguran. 2) Apa saja jenis dan macam Pengangguran. 3) Faktor dan hal yang apa menyebabkan terjadinya pengangguran. 4) Apa saja tingkat pengangguran menurut umur dan pendidikan. BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Pengangguran merupakan istilah untuk orang yang masuk dalam angkatan kerja (15 sampai 64 tahun) sedang mencari pekerjaan, tidak bekerja sama sekali, atau seseorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan yang layak. Pengangguran biasanya disebabkan karena jumlah angkatan kerja atau para pencari kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan kerja yang tersedia. Pengangguran sering kali menjadi masalah dalam perekonomian, karena dengan adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat akan berkurang, sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah sosial lainnya. Tingkat pengangguran dapat dihitung dengan cara membandingkan jumlah pengangguran dengan jumlah angkatan kerja yang dinyatakan dalam persen. Ketiadaan pendapatan menyebabkan penganggur harus mengurangi pengeluaran konsumsinya yang menyebabkan menurunnya tingkat kemakmuran dan kesejahteraan. Pengangguran yang berkepanjangan juga dapat menimbulkan efek psikologis yang buruk terhadap penganggur dan keluarganya. Tingkat pengangguran yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan kekacauan politik keamanan dan sosial sehingga mengganggu pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Akibat jangka panjang adalah menurunnya GNP dan pendapatan per kapita suatu negara. 2.2 Jenis dan Macam Pengangguran 1. Pengangguran Friksional / Frictional Unemployment Pengangguran friksional adalah pengangguran yang sifatnya sementara yang disebabkan adanya kendala waktu, informasi dan kondisi geografis antara pelamar kerja dengan pembuka lamaran pekerjaan. 2. Pengangguran Struktural / Structural Unemployment Pengangguran struktural adalah keadaan di mana penganggur yang mencari lapangan pekerjaan tidak mampu memenuhi persyaratan yang ditentukan pembuka lapangan kerja. Semakin maju suatu perekonomian suatu daerah akan meningkatkan kebutuhan akan sumber daya manusia yang memiliki kualitas yang lebih baik dari sebelumnya. 3. Pengangguran Musiman / Seasonal Unemployment Pengangguran musiman adalah keadaan menganggur karena adanya fluktuasi kegiaan ekonomi jangka pendek yang menyebabkan seseorang harus nganggur. Contohnya seperti petani yang menanti musim tanam, tukan jualan duren yang menanti musim durian. 4. Pengangguran Siklikal / Siclical Unemployment Pengangguran siklikal adalah pengangguran yang menganggur akibat imbas naik turun siklus ekonomi sehingga permintaan tenaga kerja lebih rendah daripada penawaran kerja. Pengangguran juga dapat dibedakan atas pengangguran sukarela (voluntary unemployment) dan dukalara (involuntary unemployment). Pengangguran suka rela adalah pengangguran yang menganggur untuk sementara waktu karna ingin mencari pekerjaan lain yang lebih baik. Sedangkan pengangguran duka lara adalah pengengguran yang menganggur karena sudah berusaha mencari pekerjaan namun belum berhasil mendapatkan kerja. 2.3 Faktor dan Hal yang Menyebabkan Terjadinya Pengangguran 1) Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pengangguran dari faktor pribadi : o Faktor kemalasan o Faktor cacat atau umur o Faktor rendahnya pendidikan dan keterampilan 2) Faktor ini merupakan penyebab utama meningkatnya pengangguran di Indonesia, di antaranya: o Ketimpangan antara penawaran tenaga kerja dan kebutuhan o Kebijakan Pemerintah yang tidak berpihak kepada rakyat o Pengembangan sektor ekonomi o Banyaknya tenaga kerja wanita 3) Beberapa hal yang menyebabkan pengangguran antara lain: o Penduduk yang relatif banyak o Pendidikan dan keterampilan yang rendah o Angkatan kerja tidak dapat memenuhi persyaratan yang diminta dunia kerja o Teknologi yang semakin modern o Pengusaha yang selalu mengejar keuntungan dengan cara melakukan penghematan-penghematan. o Penerapan rasionalisasi o Adanya lapangan kerja yang dengan dipengaruhi musim o Ketidakstabilan perekonomian, politik dan keamanan suatu Negara 4) Beberapa faktor yang menyebabkan seseorang tidak mendapat pekerjaan : o Kurangnya informasi o Tidak adanya sistem penerimaan public o Sulit menerapkan kepintarannya dalam dunia pekerjaan Hal inilah yang paling besar pengaruhnya dalam dunia kerja sekarang ini, kurangnya informasi dapat menjadi faktor yang paling berpengaruh, hal ini diakibatkan keadaan lingkungan tempat tinggal yang tidak memungkinkan untuk terus meng update informasi tentang lowongan pekerjaan. 2.4 Tingkat Pengangguran A. Tingkat Pengangguran Menurut Umur Tingkat pengangguran yang dimaksud pada tulisan ini adalah tingkat pengangguran terbuka atau open unemployment rate. Ukuran ini merupakan salah satu tolok ukur ketenagakerjaan yang banyak digunakan untuk melihat sampai seberapa jauh penawaran tenaga keja, serta bagaimana permintaan akan kesempatan kerja. Diperoleh dengan cara menghitung jumlah absolut angkatan kerja yang menganggur, baik mereka yang baru lulus sekolah dan pertama kali mencari pekerjaan, maupun yang sudah pernah bekerja tetapi sedang mencari kembali pekerjaan, dibagi dengan total angkatan kerja dikalikan seratus. Jika tingkat pengangguran 10 persen, berarti ada 10 orang penganggur dari setiap 100 orang angkatan kerja.memperlihatkan pola tingkat pengangguran yang sangat umum, yaitu memiliki persentase yang tinggi pada kelompok umur muda (15-19 tahun), kemudian menurun tajam hingga usia 30-34 tahun. Pada umur-umur tua, relatif stabil rendah, untuk kemudian meningkat lagi pada kelompok usia non produktif, karena mungkin masih banyak yang pension tapi masih mencari pekerjaan. B. Tingkat Pengangguran Menurut Tingkat Pendidikan Tingkat pengangguran menurut tingkat pendidikan yang ditamatkan lebih menarik untuk di bahas. Pada umumnya tingkat pengangguran di pedesaan lebih rendah dari perkotaan, namun pada tingkat SLTP angkanya sedikit lebih tinggi di pedesaan, dan pada klasifikasi SLTA angkanya hampir sama. Kemungkinan penyebab ini adalah banyaknya lulusan SLTP yang tidak mampu melanjutkan pendidikan ke SLTA, tetapi langsung mencari kerja. Baik di daerah pedesaan maupun di perkotaan, tingkat pengangguran yang paling tinggi adalah pada jenjang SLTA. Kondisi ini belum banyak berubah sejak beberapa decade terakhir Hal ini dapat dibuktikan dengan mengkaji ulang beberapa tulisan yang membahas mengenai pengangguran seperti Effendi (1993) yang memakai data SUPAS 1985, pembahasan yang berasal dari data sensus penduduk 1990 serna Sakernas 1996 oleh Tjiptoherijanto dan Soemitro (1998), serta analisis Setiawan (2002) terhadap angkatan kerja dan pengangguran, yang didasarkan pada data ketenagakerjaan hasil Sakernas 2001. BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Pengangguran terjadi disebabkan antara lain, yaitu karena jumlah lapangan kerja yang tersedia lebih kecil dari jumlah pencari kerja. Juga kompetensi pencari kerja tidak sesuai dengan pasar kerja. Selain itu juga kurang efektifnya informasi pasar kerja bagi para pencari kerja. Setiap penganggur diupayakan memiliki pekerjaan yang banyak bagi kemanusiaan artinya produktif dan remuneratif sesuai Pasal 27 Ayat 2 UUD 1945 dengan partisipasi semua masyarakat Indonesia. Lebih tegas lagi jadikan penanggulangan pengangguran menjadi komitmen nasional. Untuk itu diperlukan dua kebijakan, yaitu kebijakan makro dan mikro (khusus). Kebijakan makro (umum) yang berkaitan erat dengan pengangguran, antara lain kebijakan makro ekonomi seperti moneter berupa uang beredar, tingkat suku bunga, inflasi dan nilai tukar yang melibatkan Bank Indonesia (Bank Sentral), fiskal (Departemen Keuangan) dan lainnya. Dalam keputusan rapat-rapat kebinet, hal-hal itu harus jelas keputusannya dengan fokus pada penanggulangan pengangguran. Jadi setiap lembaga pemerintah yang terkait dengan pengangguran harus ada komitmen dalam keputusannya dan pelaksanaannya. Selain itu, ada juga kebijakan mikro (khusus). Kebijakan itu dapat dijabarkan dalam beberapa poin. Pertama, pengembangan mindset dan wawasan penganggur, berangkat dari kesadaran bahwa setiap manusia sesungguhnya memilki potensi dalam dirinya namun sering tidak menyadari dan mengembangkan secara optimal. 3.2 Saran Demikianlah makalah ini, semoga dapat bermanfaat bagi kita bersama. Ibarat ”tak ada gading yang tak retak”, tentunya makalah ini jauh dari kesempurnaan maka dari itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan makalah selanjutnya. Terimakasih. Sumber :  http://dimas-apriyana.blogspot.com  http:// marchela04.blogspot.com  http:// rolyan.blogspot.com

Kamis, 29 September 2011

Mencari Cinta Sejati


Chapter 1
Pertemuaan yang tak diduga

Cerita ini berawal saat aku kuliah. Aku kuliah di salah satu sekolah tinggi terbaik diBanjarmasin. Namaku Rolyan S. , umur 18 tahun, seorang mahasiswa yang mencari jati dirinya.
“Besok pasti akan berat ni….” kata Rolyan dalam hati.
Hari ini merupakan hari pertama Rolyan mengitkuti ospek mahasiswa dikampusnya. Dan saat itu dia akan menemukan hal-hal yang baru.
“Pagi pun menjelang….” terdengar suara  “Bangun Rol… bangun Rol….” Kata Mufti (Mufti adalah teman satu rumah dengan Rolyan). “kamu biasa telambat pergi kekampus dan dapat hukuman dari kaka panitia ospek lo” kata Mufti.ia
Rolyan pun bergegas berangkat kekampus dengan motor kesayangannya, untungnya Rolyan tidak terlambat sampai kekampus. Semua mahasiswa baru dikumpulkan dalam ruangan untuk memulai acara ospek. Saat acara berlangsung.
Tiba-tiba, Tok.. tok.. tok.. “ permisi “, suara pintu diketok dan suara seorang terdengar. “ Masuk “ Kata salah satu panitia ospek.
Ternyata seorang wanita yang telihat gugup memasuki ruangan... “maaf, kak… saya telambat “ kata wanita itu. Semua mata tertuju padanya sehingga wanita tersebut makin bertambah gugup dan gundah, merasa bersalah.
“cantik…”, kata spontan yang terucap oleh Rolyan.
To be continue….!!!!
Bagaimanakah kelanjautan cerita ne…???
Siapakah wanita tersebut…???
Tunggu lanjutan ceritanya yaa….hehehehe

Rumah Sepeda Mungil yang Bisa Menemani Anda Jalan-jalan

Sebagian dari kita mungkin sudah familiar dengan rumah van, yaitu rumah yang dapat Anda bawa kemanapun Anda pergi menggunakan van Anda. Jadi kemanapun Anda pergi, tidak perlu lagi repot-repot  mencari penginapan, karena semua sudah tersedia dengan nyaman di rumah van Anda.

Nah berikut ini ada versi kecil dan murah yang fungsinya hampir sama dengan rumah van tersebut. rumah ini di desain dengan sangar minimlis dan unik, sehingga semua keperluan utama kita dapat di dapatkan di rumah mungil ini.



Rumah mungil ini di bangun di atas sepeda dengan mengunakan gandengan. Sehingga untuk bepergian kita hanya perlu untuk mengayuh sepeda ini kemanapun. Yang pasti biayanya jauh lebih murah dibandingkan rumah van.